Rabu, 01 Mei 2013

Novel - Stephenie Meyer – New Moon


AKU merasa bagai terperangkap dalam mimpi buruk mengerikan. Dalam mimpi itu kau harus
berlari, berlari terus sampai paru-parumu pecah, tapi kau tak sanggup memacu tubuhmu untuk
bergerak cukup cepat. Kakiku rasanya makin lama makin lambat sementara aku berjuang menembus
kerumunan orang yang tidak memiliki perasaan, tapi jarum di menara jam tak juga melambat. Tak
peduli dan tanpa belas kasihan, jarum jam itu terus bergerak menuju akhir—akhir segalanya.
Tapi ini bukan mimpi, dan, tidak seperti mimpi buruk, aku tidak berlari menyelamatkan nyawaku; aku berlari untuk menyelamatkan sesuatu yang jauh lebih berharga. Hidupku nyaris tak ada artinya bagiku hari ini.
Menurut Alice tadi, besar kemungkinan kami bakal mati di sini. Mungkin hasil akhirnya akan
lain bila ia tidak terperangkap cahaya matahari yang menyilaukan; hanya akulah yang bisa berlari
melintasi lapangan terbuka yang terang benderang dan padat ini.
Tapi aku tidak bisa berlari cukup cepat.
Jadi tak ada artinya bagiku, kami dikelilingi musuh-musuh kami yang luar biasa berbahaya.  Saat jam mulai berdentang, bergetar di bawah sol sepatuku yang terasa berat, tahulah aku bahwa aku terlambat – dan aku senang sesuatu yang haus darah menungguku di sayap bangunan. Karena bila aku gagal dalam misiku ini, aku tidak lagi memiliki keinginan untuk hidup.
Jam kembali berdentang, dan matahari memancarkan cahayanya yang terik tepat dari titik di tengah langit.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *