“Halimah, ibu pulang besok. Lusa, ajak Rozali ke sini…”
Halimah terperangah. “Bapak mau apa?”
“Bapak mau main catur sama dia. Kamu masak apa saja yang enak. Atur dengan ibu.”
Halimah terdiam. Dia memandang ayahnya. Masih bertanya.
Satimin menghela nafas.
“Tadi Bapak menghadiri pernikahan mas Tara dan mbak Vena. Ramai. Ramai sekali. Bapak menyalami mereka. Dan Bapak bisa melihat mata mas Tara….”
“Kenapa mata mas Tara?”
“Matanya….seperti kehilangan cahaya”
Satimin menggeleng,
‘Bapak tidak mau melihat matamu seperti itu di hari perkawinanmu. Yang namanya pengantin, harus bercahaya…..”
ATAU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.