Mitos Pribumi Malas - Seyyed Husein Alatas
Kaum pribumi pemalas! Pernah begitu melekat di dalam diri masyarakat melayu, tak terkecuali masyarakat Indonesia khususnya di Jawa tepatnya ketika masih bernama Hindia Belanda. Pada masa itu negeri ini sedang dipimpin dan dikangkangi oleh tikus penghisap darah rakyat bernama Van den Bosch. Ia merupakan Gubernur Jendral yang paling berkuasa dalam hikayat Hindia Belanda. Lebih jauh dapat pula dikatakan Van den Bosch merupakan malaikat penyelamat dari kebangkrutan monarki Belanda akibat perang Jawa melalui kebijakan cultuurstelsel-nya alias tanam paksa. Dengan program tanam paksanya tersebut kas Kerajaan Belanda yang telah kurus kering menjadi gendut kembali melalui suntikan ratusan juta gulden setiap tahunnya. Akan tetapi bagi masyarakat petani Jawa sendiri kedatangan Van den Bosh merupakan kutukan terbesar setelah penderitaan perang yang panjang. Mereka para petani pribumi tersebut dihadapkan kepada kegiatan wajib menanam tebu, kopi, nila, kayu manis, kapas, dan lada tanpa kerja yang diupah serta pembagian hasil yang tak adil. Malahan mereka memiliki tambahan kerja lagi, yaitu 66 hari berkebun tanpa dibayar di lahan milik pemerintah kolonial. Ya tidak dibayar! Karena begitulah wujud wajah perbudakan modern umat manusia. Kekejaman yang telah mendefisitkan kemanusiaan itu tidak sedikit pun mengusik moral yang bebal milik Van den Bosch. Ia dengan watak keparat nan bejatnya malah mengatakan ke kaum pribumi “Orang-orang Jawa itu berjiwa pemalas makannya kalian harus selalu disuruh kerja keras! Agar jiwa kalian berkembang sedikit!” Baginya masyarakat Jawa merupakan sebuah bangsa yang sedikitnya dapat dibandingkan daya intelektualnya dengan anak-anak Belanda yang berusia 12 atau 13 tahun. Sebuah perbandingan yang merendahkan martabat pribumi Jawa.
Pendapat Van den Bosch mengenai watak pemalas pribumi Jawa dengan daya intelektualnya yang lemah dibenarkan oleh Dr. W.R. Baron van Hoevel bekas pendeta di Batavia. Ia mengatakan bahwa Cultuurstelsel merupakan program yang bijaksana dan mendidik, karena membuat orang-orang Jawa melakukan pekerjaan yang bermanfaat untuk perkebunan-perkebunan yang ada, yang tak mungkin digarap jika tak ada suruhan dari program tersebut. Pendapat si Baron ini jelas bernada sangat menuduh dan mengecilkan, seolah-olah bumi Jawa tidak akan berkembang dan makmur tanpa paksaan kerja orang-orang Belanda kepada kaum pribumi. Kita juga bisa melihat bahwa yang sebenarnya dimaksud Baron mendidik adalah memperbudak orang sampai mati. Lebih jauh kita juga dapat menelisik bahwa ternyata cap sebagai orang-orang pemalas tidak hanya dirasakan oleh petani-petani di Jawa, melainkan juga didapatkan oleh buruh-buruh di perkotaan. Sebagaimana yang dicatat John Ingleson dalam bukunya yang berjudul Buruh, Serikat, dan Politik : Indonesia Pada 1920an-1930an (2015) bahwa terdapat sebuah pandangan umum di kalangan pejabat dan majikan Eropa mengenai buruh-buruh Indonesia yang pemalas dan tidak memiliki keinginan meningkatkan kehidupan material mereka. Sebagian besar orang Eropa tersebut yakin bahwa jika mereka menaikkan upah hanya akan membuat buruh Indonesia semakin malas bekerja. Hal ini membuat Van den Bosch yakin tidak ada yang lebih menyenangkan bagi orang Jawa selain berada dalam posisi pekerjaan yang tanggung jawabnya lebih sedikit daripada yang diharuskan. Selain itu pandangan tentang pribumi malas ini juga menjadi pembenaran Belanda terhadap sikap politiknya untuk mendiskriminasikan pribumi diantara kelompok sosial lainnya, seperti orang eropa dan cina.
Judul : Mitos Pribumi Malas - Seyyed Husein Alatas
Karya : Seyyed Husein Alatas
Download : Mitos Pribumi Malas - Seyyed Husein Alatas
Terima kasih anda telah mengunjungi website kami dan telah "Download kumpulan Ebooks Free" jangan lupa untuk terus mengunjungin website kami akan terus melakukan update Ebooks terbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.