Sinopsis:
Aya nekat melepaskan tiket kelulusannya di Jurusan Arsitektur ITS hanya karena tidak mau satu kampus dengan Rena. Ia merasa bersalah karena Rena yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri menuduhnya merebut Allen. Sejak Rena putus dengan Allen, ia jadi memusuhi Aya. Awan kelabu menyelimuti dunia Aya. Ia ingin kabur saja!
Kabur sama kamu adalah hal terindah di hidupku
Pucuk dicinta ulam tiba. Azka, sahabatnya yang terkenal jenius itu mendukung niat Aya. Mereka akan kabur bareng! Justru Azka yang lebih bersemangat menyiapkan rencana kabur mereka. Bahkan Azka rela melepaskan keberhasilannya tembus Fakultas Kedokteran untuk menemani gadis yang diam-diam dicintainya itu.
Aku tertegun menatap website SNMPTN. Jurusan itu impianku. Arsitek adalah profesi impianku. Sudah sepatutnya aku berteriak kegirangan karena lolos ke jurusan yang kuidam-idamkan. Tinggal selangkah menuju impian itu, tapi yang ada di hatiku justru perasaan lain. Aku ingat bahwa Rena ada di kampus itu, dan aku merasa tidak nyaman berada satu kampus dengannya.
Rasa bersalah itu sudah memenuhi hatiku, aku takut akan merasakannya lagi dan lagi ketika harus bertemu dengan Rena di sana. “ Dek, keterima, nggak? Keterima di mana? Nomor registrasi kamu berapa? Biar aku bantu cek di website-nya kalau kamu belum lihat.” Royan, kakak sulungku, berteriak dari kamarnya di sebelah kamarku. Aku dan kedua kakakku memang suka main teriak-teriakan satu sama lain karena kamar kami berdekatan, dan semuanya di lantai 2.
Kamar Royan di samping kanan kamarku, sedangkan kamar Renja di sebelah kiri kamarku. Aku yang cewek sendiri sengaja diletakkan di tengah. Biar bisa melerai kalau dua lelaki itu mulai berperang. Biasanya, kalau kakakku meneriakiku seperti itu, aku akan balas berteriak kepadanya, lebih keras. Dia sering nggak dengar apa yang aku omongin kalau kurang keras teriakanku.
Tapi, detik ini, aku tidak mau ada seorang pun di rumah yang tahu bahwa aku lolos di jurusan impianku, di kampus pilihan pertamaku. Aku meringkuk di bawah selimut, sambil men-scroll timeline Path, mencari tahu kabar teman-temanku. Tiba-tiba, lagu “ Marvin Gaye” milik Meghan Trainor dan Charlie Puth yang menjadi lagu kesukaanku minggu ini mengalun nyaring, tanda panggilan masuk di ponselku.
Aku segera menjawab panggilan itu karena peneleponnya sahabat kentalku semenjak SMP. “Ay! Aku lolos Psikologi Unair! Gilak, aku seneng banget, nggaknyangka banget. Langsung tembus pilihan pertama. Sumpah Ay, aku mau traktir kamu Holycow, Boncafe, Cocari, Hanamasa, Sushi Tei, atau apa pun yang kamu mau!” Aku tersenyum, Risya selalu begitu, mengucapkan janji-janji manis saat dia sedang sangat bahagia. Begitu rona-rona kebahagiaannya hilang, dia akan menjadi lebih realistis, dan mengelak bahwa dia pernah berjanji seperti itu.
Dia akan berkata bahwa mungkin aku mimpi. Dan, itu membuatku pernah iseng merekam salah satu janji manisnya itu, yang berujung pada dia cemberut seminggu hingga akhirnya justru aku yang mentraktirnya makan. Yah, itu hanya satu di antara kegilaannya. Kegilaan Risya yang lainnya adalah kalau ia sudah berhadapan dengan segala hal tentang drama Korea, Justin Bieber, One Direction, dan Tulus.
Penulis: Fifi Alfiana
Penerbit: Bentang Pustaka
ISBN13: 9786024300142
Format: .pdf
Filesize: 2MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.