Norman segera melompat dari pembaringannya dan membuka jendela. Jantungnya berdetak-detak ketika wajahnya diterpa angin yang berhembus membawa udara dingin. Sekujur tubuhnya merinding.
Matanya melebar, karena ia tidak menemukan siapa-siapa di luar jendela kamarnya. Padahal suara tadi jelas terde- ngar di depan jendela, seakan mulut perempuan itu ditempelkan pada celah jendela supaya suaranya didengar Norman. Tetapi, nyatanya keadaan di luar kamar sepi-sepi saja.
Brengsek! geram Norman. Ia menunggu beberapa saat, sengaja membuka jendelanya, sengaja membiarkan angin dingin menerpa masuk ke kamar. Suara perempuan yang penuh desah menggairahkan itu tidak terdengar lagi.Norman mengeluh kesal sambil duduk di kursi belajarnya. Ia menyalakan lampu belajar yang ada di meja kamar. Kamar menjadi terang. Cermin di depan meja belajar menampakkan wajahnya yang sayu.
Pintu kamarnya tiba-tiba ada yang mengetuknya dengan lembut. Pelan sekali, seakan pengetuknya sengaja hati-hati supaya suara ketukan tidak didengar penghuni pondokan yang lainnya. Norman melirik ke arah pintu. Membiarkan ketukan itu terulang beberapa kali. Lalu, ia mendengar suara perempuan di seberang pintunya.
Nor... Normaaan...!
Siapa...! tanya Norman dengan nada kesal, karena ia tahu bahwa suara perempuan yang mengetuk pintu kamarnya itu sama persis dengan suara yang mengganggunya sejak tadi. Tapi, karena tidak ada jawaban dari pengetuk pintu, Norman berseru lagi, Siapa sih! Jawab dong!
Aku...!
Aku siapa! Sebutkan! Norman sudah berdiri walau belum mendekat ke pintu.
Kismi...
Mata Norman jadi membelalak. Kaget.
Kismi...! desahnya dengan nada heran sekali. Ia mengenal pemilik nama itu, tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau Kismi akan datang, apalagi lewat tengah malam begini. Norman pun akhirnya bergegas membukakan pintu setelah ia sadar, bahwa suara yang sejak tadi memanggilnya itu memang suara Kismi.
Sebentar, Kis...! kata Norman, yang kemudian segera membukakan pintu.
Hah...! Ia terperanjat dengan jantung berdetak-detak.
Di luar kamarnya, tidak ada siapa-siapa. Sepi. Hanya hembusan angin yang dirasakannya begitu dingin dan membuat tubuhnya merinding lagi. Dalam keadaan bingung dan berdebar-debar itu, Norman masih me- nyempatkan diri berpaling ke kanan-kiri, mencari Kismi yang menurutnya bersembunyi.
Tapi, tak terlihat bayangan atau sosok seseorang yang bersembunyi. Di kamar mandi Tak mungkin. Kamar mandi terlalu jauh dari kamar Norman jika akan digunakan seseorang untuk berlari dan bersembunyi. Sebelum orang itu sempat bersembunyi, pasti Norman sudah melihatnya lebih dahulu.
Kismi...!
Norman mencoba memanggil perempuan yang dikenal nya kemarin malam itu, tetapi tidak ada jawaban. Makin merinding tubuh Norman. dan semakin resah hatinya di sela debaran-debaran mencekam.
Karena ditunggu beberapa menit Kismi tidak muncul lagi, bayangannya pun tak terlihat, maka Norman pun segera menutup pintu kamarnya dengan hati bertanya-tanya Ke mana dia
Mendadak gerakan penutup pintu itu terhenti. Mata Norman sempat menemukan sesuatu yang mencuriga- kan di lantai depan pintu. Aneh, namun membuatnya penasaran.
Kapas...
Hati semakin resah, kecurigaan kian mengacaukan be- naknya. Segumpal kapas jatuh di lantai depan pintu. Se dikit bergerak-gerak karena hembusan angin. Ada rasa ingin tahu yang menggoda hati Norman. Maka. dipungutnya kapas itu.
Ketika tubuh Norman membungkuk untuk mengambil kapas, tiba-tiba angin bertiup sedikit kencang. Kapas itu bergerak, terbang. Masuk ke kamar. Gerakan kapas sempat membuat Norman yang tegang terperanjat sekejap.
Pintu ditutup dan kapas itu dipungutnya. Ia segera melangkah ke meja belajarnya, mencari tempat yang terang. Ia memperhatikan kapas itu di bawah penerangan lampu belajarnya.
Apakah kapas ini milik Kismi pikirnya sambil meng amat-amati segumpal kapas yang kurang dari satu genggaman.
Ada aroma bau harum yang keluar dari kapas itu. Bau harum itu mengingatkan Norman pada jenis parfum yang baru sekali itu ia temukan. Parfum yang dikena-kan pada tubuh Kismi.
Aneh! Mengapa Kismi tidak muncul lagi pikirnya setelah setengah jam lewat tak terdengar suara Kismi maupun ketukan pintu. Mengapa ia hanya meninggalkan kapas ini
Lalu kapas untuk apa ini? Apakah Kismi sakit? Apakah ia hanya bermaksud mengingatkan kenangan semalam?
Norman tertawa sendiri. Pelan. Ia kembali berbaring dengan jantung yang berdebar takut menjadi berdebar indah. Kapas itu diletakkan di samping bantalnya, sehingga bau harum yang lembut masih tercium olehnya. Pikiran Norman pun mulai menerawang pada satu kenangan manis yang ia peroleh kemarin malam.
Kisah itu, sempat pula ia ceritakan kepada Hamsad, teman baiknya satu kampus dan Hamsad sempat tergiur oleh cerita tentang Kismi.
Judul : Misteri Gadis Tengah Malam
Penulis : Tara Zagita
Tipe File : Exe
Ukuran : 895 Kb
Sumber : http://puztaka.blogspot.co.id/2017/08/misteri-gadis-tengah-malam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.