Sinopsis:
Amanda punya satu masalah kecil: dia yakin bahwa dia tidak sepandai kesan yang ditampilkannya. Rapor yang semua berisi nilai A, dia yakini karena keberuntungan berpihak padanya. Tampaknya para guru hanya menanyakan pertanyaan yang kebetulan dia tahu jawabannya.
Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?
Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.
Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.
Amanda mengira hidupnya baik-baik saja, tinggal di daerah suburban dan memiliki sahabat masa kecil sekaligus pacarnya yang tidak menyukai permen M&M's warna kuning dan sangat mengerti dirinya, Tommy. Memiliki orangtua single parent yang selalu yakin Amanda adalah kebanggaan, ibunya yakin kalau dirinya mewarisi otak ayahnya. Amanda selalu mendapatkan nilai sempurna, selalu menjadi pertama yang mengacungkan jari di kelas untuk menjawab pertanyaan dari guru, nilainya selalu A. Amanda juga bergaul di dua kubu yang berseberangan, bersama Tommy, dia memiliki teman-teman populer di sekolah, bersama Klub Komputer yang dia ikuti, Amanda juga memiliki teman-teman jenius dan nerd lainnya. Hidupnya sempurna, bukan?
Namun, ada satu kejadian yang membuat Amanda merasa dirinya adalah pembohong besar, tidak sesempurna orang-orang lihat, Amanda memiliki topeng. Suatu ketika seorang guru memberikan pertanyaan, tentu Amanda tahu jawabannya. Alih-alih memilih Amanda, sang guru memilih murid lain. Amanda mengira jawaban temannya itu salah, jawaban dialah yang benar. Ternyata, jawaban temannya benar, Amanda langsung mengecek sendiri dan memang jawabannya yang salah. Sejak itu Amanda merasa kalau dirinya hanyalah beruntung mendapatkan nilai-nilai bagus, sejak itu Amanda selalu mengalami episode Tidak Bisa Berhenti Berpikir.
Namun tentunya, tidak mungkin ada orang yang bisa beruntung setiap saat, kan?
Setelah dipikir-pikir, sepertinya itu bukan masalah kecil. Apalagi mengingat hidupnya diisi dengan serangkaian perjanjian psikoterapi. Ketika pulang dengan resep antidepresan, Amanda tahu masalahnya lebih pelik daripada yang siap diakuinya.
Di tengah kerumitan dengan pacar, keluarga, dan sekolahnya, Amanda harus menerima bahwa dia tidak bisa mendapatkan nilai A untuk segalanya.
Amanda mengira hidupnya baik-baik saja, tinggal di daerah suburban dan memiliki sahabat masa kecil sekaligus pacarnya yang tidak menyukai permen M&M's warna kuning dan sangat mengerti dirinya, Tommy. Memiliki orangtua single parent yang selalu yakin Amanda adalah kebanggaan, ibunya yakin kalau dirinya mewarisi otak ayahnya. Amanda selalu mendapatkan nilai sempurna, selalu menjadi pertama yang mengacungkan jari di kelas untuk menjawab pertanyaan dari guru, nilainya selalu A. Amanda juga bergaul di dua kubu yang berseberangan, bersama Tommy, dia memiliki teman-teman populer di sekolah, bersama Klub Komputer yang dia ikuti, Amanda juga memiliki teman-teman jenius dan nerd lainnya. Hidupnya sempurna, bukan?
Namun, ada satu kejadian yang membuat Amanda merasa dirinya adalah pembohong besar, tidak sesempurna orang-orang lihat, Amanda memiliki topeng. Suatu ketika seorang guru memberikan pertanyaan, tentu Amanda tahu jawabannya. Alih-alih memilih Amanda, sang guru memilih murid lain. Amanda mengira jawaban temannya itu salah, jawaban dialah yang benar. Ternyata, jawaban temannya benar, Amanda langsung mengecek sendiri dan memang jawabannya yang salah. Sejak itu Amanda merasa kalau dirinya hanyalah beruntung mendapatkan nilai-nilai bagus, sejak itu Amanda selalu mengalami episode Tidak Bisa Berhenti Berpikir.
Penulis: Annisa Ihsani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9786020326313
Format: .pdf
Filesize: 20MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.