Sinopsis:
Beda tak berarti sama. Seperti kopi dan teh. Keduanya jelas minuman yang berbeda, baik dari warna maupun rasa, tapi keduanya sama-sama mengandung kafein dan ditanam di dataran tinggi.
Begitu juga Tara dan Alvan.
Mereka berbeda, tapi bagaikan magnet, meskipun berbeda kutub tapi mereka saling tarik menarik. Alvan yakin satu hal: they will be a really, really good friends.
Tara merasa Alvan perhatian dan baik banget, tapi Tara yakin Alvan hanya menganggapnya sebagai teman.
Teman, tapi bawain bekal setiap hari. Teman, tapi rela nganterin pulang ke rumahnya yang super jauh. Teman, tapi cemburu.
Jadi, mereka ini sebenarnya apa?
“Ada yang bilang, cinta itu nggak butuh dengan kata-kata, tapi tindakan. Padahal kata-kata juga merupakan suatu tindakan.” (hlm. 226).
Ini merupakan novel Mayang Aeni yang pertama kali saya baca, secara keseluruhan saya kasih bintang 3 dalam konteks asmaranya, tetapi secara khusus saya kasih bintang 4 untuk tema kesolidan persahabatan antara Alvan dan gengnya.
Seperti dalam kutipannya tersebut, sekalipun orang berhak berkata-kata soal cinta masa SMA itu cinta monyet belaka, pada dasarnya selalu ada pelajaran berharga. Seperti kata pepatah, malu "bercinta" manalah tahu.
Novel ini tidak hanya menyoal cinta dalam bentuk seginya, tetapi juga persahabatan, dan kehangatan keluaraga--hal ini bikin iri. Dan soal kesolidan seorang kawan, sangat diuji dan menarik, benar-benar mengingatkan masa sekolah. Penggambaran kekonyolan dari kelompok cowok yang diikatkan tali persahabatan berhasil bikin saya kangen masa-masa sekolah. Pada bagian-bagian Alvan and genglah saya merasakan bahagia, dan berhasil dibikin tertawa.
Kisah asmaranya sendiri sekalipun dirasa terlalu cepat, tapi itu semua tetap masih dalam batas wajar, dan hal tersebut sangat mungkin terjadi. Namanya jodoh enggak ada yang tahu bukan? Suka duka pun belum tentu gampang diterka. Sekalipun masih ada saltik, tetapi itu masih dalam batas wajar. Di awal-awal saya sempat ragu menyelesaikan, tetapi ke bagian-bagian akhir asyik juga!
Begitu juga Tara dan Alvan.
Mereka berbeda, tapi bagaikan magnet, meskipun berbeda kutub tapi mereka saling tarik menarik. Alvan yakin satu hal: they will be a really, really good friends.
Tara merasa Alvan perhatian dan baik banget, tapi Tara yakin Alvan hanya menganggapnya sebagai teman.
Teman, tapi bawain bekal setiap hari. Teman, tapi rela nganterin pulang ke rumahnya yang super jauh. Teman, tapi cemburu.
Jadi, mereka ini sebenarnya apa?
“Ada yang bilang, cinta itu nggak butuh dengan kata-kata, tapi tindakan. Padahal kata-kata juga merupakan suatu tindakan.” (hlm. 226).
Ini merupakan novel Mayang Aeni yang pertama kali saya baca, secara keseluruhan saya kasih bintang 3 dalam konteks asmaranya, tetapi secara khusus saya kasih bintang 4 untuk tema kesolidan persahabatan antara Alvan dan gengnya.
Seperti dalam kutipannya tersebut, sekalipun orang berhak berkata-kata soal cinta masa SMA itu cinta monyet belaka, pada dasarnya selalu ada pelajaran berharga. Seperti kata pepatah, malu "bercinta" manalah tahu.
Novel ini tidak hanya menyoal cinta dalam bentuk seginya, tetapi juga persahabatan, dan kehangatan keluaraga--hal ini bikin iri. Dan soal kesolidan seorang kawan, sangat diuji dan menarik, benar-benar mengingatkan masa sekolah. Penggambaran kekonyolan dari kelompok cowok yang diikatkan tali persahabatan berhasil bikin saya kangen masa-masa sekolah. Pada bagian-bagian Alvan and genglah saya merasakan bahagia, dan berhasil dibikin tertawa.
Kisah asmaranya sendiri sekalipun dirasa terlalu cepat, tapi itu semua tetap masih dalam batas wajar, dan hal tersebut sangat mungkin terjadi. Namanya jodoh enggak ada yang tahu bukan? Suka duka pun belum tentu gampang diterka. Sekalipun masih ada saltik, tetapi itu masih dalam batas wajar. Di awal-awal saya sempat ragu menyelesaikan, tetapi ke bagian-bagian akhir asyik juga!
Penulis: Mayang Aeni
Penerbit: Elex Media Komputindo
ISBN13: 9786020299204
Format: .pdf
Filesize: 32MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.