Prolog
Cantika memerhatikan tatanan rambutnya di depan cermin yang berada di toilet perempuan, kemudian menyisirnya dengan jari-jari tangannya. Membenarkan letak kacamatanya setelah tadi selesai membasuh wajahnya dengan obat dari dokter.
Berharap setidaknya wajahnya terlihat cerah sedikit walau tak memungkinkan untuk menghilangkan jerawat di wajahnya.
Kemudian tangannya meraih tupperware berwarna merah kesukaannya di pojok wastafel yang sengaja ia hindari agar tak terkena cipratan air, dan berjalan keluar toilet kala sesuatu menghentikan langkahnya. Ia lupa sesuatu, tapi apa itu ia lupa.
"Cantika!"
Dan itulah yang terlupakan olehnya. Sahabat sejati sekaligus satu-satunya makhluk di dunia yang mau berteman dengannya.
Cantika berbalik dan mendapati Zanufa di sana, baru saja keluar dari salah satu bilik kamar mandi dengan wajah yang di tekuk--memergoki bawasanya Cantika hendak meninggalkannya. Sementara si tersangka hanya terkekeh pelan di tempatnya.
"Ayo ah jangan ngambek," ajak Cantika namun Zanufa tak kurun bergerak. Gemas akhirnya ia masuk kembali dan menarik pergelangan tangan Zanufa untuk segera keluar toilet dan menuju lapangan.
Zanufa menunggu di depan perpustakaan yang berada di koridor pinggir lapangan, seperti yang selalu ia lakukan, menunggu Cantika yang tak pernah menyerah sedikitpun untuk menghampiri pujaan hatinya, Revano Prasetya.
Judul : Vapor
Karya : L Melanie
Download : Vapor.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.