Sinopsis:
Apakah kau ingat saat kita berjanji untuk saling membahagiakan?
Katamu, setiap perasaan yang tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, cinta saja belum cukup menyatukan mimpi yang berbeda di antara kita. Dan, menepati janji ternyata tak semudah mengucapkannya. Apakah kau juga tahu bahwa kenangan bersamamu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu perasaan pun yang mampu kusembunyikan ketika mengingatmu.
Namun, aku sadar. Harapan-harapan yang dulu sempat memudar, harus kubangun lagi dan kumulai. Bukankah tak salah bila aku ingin mengulang rasa yang dulu pernah ada? Meski kutahu, rasa itu tak akan benar-benar sama.
Karena, cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada yang rapuh.
"Kali ini aku mau memberi review tentang novel yang aku baca, “Pada Senja yang Membawamu Pergi” karya Boy Candra. Hal yang pertama kali aku ingat setelah membaca tuntas novel ini yaitu, jujur adalah harga diri. Cerita dalam novel ini cukup merepresentasikan bagaimana perjalanan aku dan teman-teman beberapa bulan ke belakang tentang perjuangan mewujudkan mimpi memperoleh gelar sarjana (re: Skripsian). Membuat aku ngangguk-ngangguk, senyum-senyum mengingat masa lalu yang perih itu.
Buku ini menceritakan tokoh utama, Gian Arianto dan ketiga sahabatnya melalui masa-masa tingkat akhir. Mereka mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, tapi perbedaan yang mereka miliki justru menjadikan mereka lebih dekat. Ada yang sangat ambisius dengan skripsinya sehingga bisa lebih cepat, ada yang terhambat karena perasaan patah hati, ada pula yang memang lambat karena tak peduli. Penelitian skripsi bagi mereka hanya formalitas. Itu sudah jadi rahasia umum. Katanya, dalam buku ini – aku pun mengiyakan, pada akhirnya data penelitian tak bisa sepenuhnya valid, kadang ada responden yang memberikan pendapat yang tak sepenuhnya jujur, apalagi berkaitan dengan instansi. Jika tidak valid, maka dosen akan meminta kita mencari ulang data yang valid hingga pada akhirnya kadang mahasiswa berpikir untuk merumuskan data palsu. Akan seperti itu terus, seperti lingkaran setan. Selain itu, ada mahasiswa yang masih berpikir untuk membeli skripsi dari orang lain. Pada akhirnya hidup adalah pilihan, mau menjadi mahasiswa yang sepenuhnya pecundang dengan membeli skripsi orang lain atau mau mengikuti prosesnya meskipun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun memang harus ada system baru dari dunia pendidikan untuk memotong lingkaran setan tersebut.
Itulah sebagian dari cerita tentang bagaimana mereka mengejar gelar. Selain itu, tokoh utama Gian digambarkan sebagai tokoh yang tak muluk-muluk dengan mimpinya. Jika banyak orang bermimpi untuk bekerja di perusahaan besar, dia hanya bermimpi untuk menjadi Guru Bahasa Indonesia di desanya, melanjutkan perjuangan sang Ayah. Meskipun ia tak berasal dari jurusan tersebut, ia tetap bercita-cita sama seperti ayahnya. Mencerdaskan anak-anak desa agar kehidupannya menjadi lebih baik. “Tidak ada yang bisa mengubah nasib seseorang selain pendidikan”, kata ayahnya. Bagi Gian uang bisa dicari tapi kebahagiaan dan kepuasaan batin tidak bisa dibeli.
Gian juga dihadapkan pada kisah cinta yang cukup rumit, berpacaran dengan gadis manja dari keluarga kaya, kemudian berpisah di saat senja. Ia mengalami patah hati yang luar biasa hingga seorang gadis lain datang menyembuhkan luka. Tapi setelah itu, kisah cintanya juga tetap tak mudah. Ia harus berjuang dengan skripsinya, berjuang dengan kisah cintanya, berjuang pula untuk mewujudkan mimpinya.
Meskipun buku ini tak membuatku emosional sampai menitikan air mata, aku rasa buku ini bisa memberikan cukup pelajaran tentang berjuang dengan pilihan masing-masing juga berjuang untuk menunggu waktu yang tepat atas resiko mengambil pilihan tersebut. Selamat memilih untuk membaca atau tidak membacanya."
Katamu, setiap perasaan yang tumbuh adalah sebuah alasan. Alasan bahwa hati patut dipertahankan. Namun, cinta saja belum cukup menyatukan mimpi yang berbeda di antara kita. Dan, menepati janji ternyata tak semudah mengucapkannya. Apakah kau juga tahu bahwa kenangan bersamamu selalu muncul tiba-tiba? Tak ada satu perasaan pun yang mampu kusembunyikan ketika mengingatmu.
Namun, aku sadar. Harapan-harapan yang dulu sempat memudar, harus kubangun lagi dan kumulai. Bukankah tak salah bila aku ingin mengulang rasa yang dulu pernah ada? Meski kutahu, rasa itu tak akan benar-benar sama.
Karena, cinta bukan tentang bagaimana rasa itu jatuh, melainkan bagaimana ia tetap bisa hidup di dada yang rapuh.
"Kali ini aku mau memberi review tentang novel yang aku baca, “Pada Senja yang Membawamu Pergi” karya Boy Candra. Hal yang pertama kali aku ingat setelah membaca tuntas novel ini yaitu, jujur adalah harga diri. Cerita dalam novel ini cukup merepresentasikan bagaimana perjalanan aku dan teman-teman beberapa bulan ke belakang tentang perjuangan mewujudkan mimpi memperoleh gelar sarjana (re: Skripsian). Membuat aku ngangguk-ngangguk, senyum-senyum mengingat masa lalu yang perih itu.
Buku ini menceritakan tokoh utama, Gian Arianto dan ketiga sahabatnya melalui masa-masa tingkat akhir. Mereka mempunyai kepribadian yang berbeda-beda, tapi perbedaan yang mereka miliki justru menjadikan mereka lebih dekat. Ada yang sangat ambisius dengan skripsinya sehingga bisa lebih cepat, ada yang terhambat karena perasaan patah hati, ada pula yang memang lambat karena tak peduli. Penelitian skripsi bagi mereka hanya formalitas. Itu sudah jadi rahasia umum. Katanya, dalam buku ini – aku pun mengiyakan, pada akhirnya data penelitian tak bisa sepenuhnya valid, kadang ada responden yang memberikan pendapat yang tak sepenuhnya jujur, apalagi berkaitan dengan instansi. Jika tidak valid, maka dosen akan meminta kita mencari ulang data yang valid hingga pada akhirnya kadang mahasiswa berpikir untuk merumuskan data palsu. Akan seperti itu terus, seperti lingkaran setan. Selain itu, ada mahasiswa yang masih berpikir untuk membeli skripsi dari orang lain. Pada akhirnya hidup adalah pilihan, mau menjadi mahasiswa yang sepenuhnya pecundang dengan membeli skripsi orang lain atau mau mengikuti prosesnya meskipun tidak sepenuhnya benar. Bagaimanapun memang harus ada system baru dari dunia pendidikan untuk memotong lingkaran setan tersebut.
Itulah sebagian dari cerita tentang bagaimana mereka mengejar gelar. Selain itu, tokoh utama Gian digambarkan sebagai tokoh yang tak muluk-muluk dengan mimpinya. Jika banyak orang bermimpi untuk bekerja di perusahaan besar, dia hanya bermimpi untuk menjadi Guru Bahasa Indonesia di desanya, melanjutkan perjuangan sang Ayah. Meskipun ia tak berasal dari jurusan tersebut, ia tetap bercita-cita sama seperti ayahnya. Mencerdaskan anak-anak desa agar kehidupannya menjadi lebih baik. “Tidak ada yang bisa mengubah nasib seseorang selain pendidikan”, kata ayahnya. Bagi Gian uang bisa dicari tapi kebahagiaan dan kepuasaan batin tidak bisa dibeli.
Gian juga dihadapkan pada kisah cinta yang cukup rumit, berpacaran dengan gadis manja dari keluarga kaya, kemudian berpisah di saat senja. Ia mengalami patah hati yang luar biasa hingga seorang gadis lain datang menyembuhkan luka. Tapi setelah itu, kisah cintanya juga tetap tak mudah. Ia harus berjuang dengan skripsinya, berjuang dengan kisah cintanya, berjuang pula untuk mewujudkan mimpinya.
Meskipun buku ini tak membuatku emosional sampai menitikan air mata, aku rasa buku ini bisa memberikan cukup pelajaran tentang berjuang dengan pilihan masing-masing juga berjuang untuk menunggu waktu yang tepat atas resiko mengambil pilihan tersebut. Selamat memilih untuk membaca atau tidak membacanya."
Penulis: Boy Candra
Penerbit: GagasMedia
Penerbit: GagasMedia
ISBN13: 9789797808648
Format: .pdf
Filesize: 7MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.