Sinopsis:
Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.
SEI
Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan–mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku–aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
AI
Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana, aku pun jatuh cinta padanya, tetapi aku memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai.
Persahabatan Ai dengan Sei sudah hampir memiliki segalanya. Tawa, canda, senang bahkan duka sekalipun. Hanya satu yang tidak ada disana. Cinta.
Saat Shin datang, segalanya menjadi lengkap.
Cinta itu Shin.
Shin adalah sesosok cinta yang mereka butuhkan dengan caranya masing-masing. Ai mencintai Shin dalam kesederhanaan dan ketulusannya. Sei mencintai Shin dalam rasa persaudaraan yang kuat. Dan Shin membalas kedua cinta dari sahabatnya tersebut.
Tanpa mereka sadari ada yang patah diantaranya. Sei mendadak sadar, sebenarnya dia mencintai Ai. Demi
cintanya pada Ai, Sei rela mengikuti kemauan Ai dan Sei untuk meneruskan kuliah di kota besar. Mereka berjanji untuk terus bersama, bertiga. Untuk kemudian bersama tinggal dalam sebuah apartemen, bersama mencari pekerjaan untuk bisa hidup, dan bersama mengejar pendidikan yang tidak mudah bagi mereka.
Namun Ai dan Shin lupa, tidak selamanya dunia mereka memiliki celah untuk Sei. Hanya Sei yang sadar akan hal tersebut. Dia memilih untuk menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan dan Natsu. Natsu yang halus dan selalu menikmati saat-saat bersama Sei. Natsu yang akhrinya harus sadar bahwa dirinya tidak punya tempat di hati Sei. Natsu yang hanya mampu mengembangkan senyum getir setiap kali melihat sinar di mata Sei untuk Ai.
Karna cinta memang selalu tahu kapan waktunya untuk pergi. Meninggalkan tangis, sedih dan luka yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Dan hanya menyisakan sepercik impian yang tidak akan pernah terwujud, raga yang hanya bergerak atas nama rutinitas, jiwa yang masih tertinggal karena belum bisa pergi, bekas airmata yang sudah tidak bisa terhapuskan, kepingan-kepingan ingatan akan kejadian manis, dan bayangan wajahnya di setiap langkah yang terjejak..
Namun cinta tahu benar kapan saatnya untuk datang kembali dan menetap. Akan selalu ada yang terluka karenanya, namun akan selalu ada senyum yang mengimbangi luka tersebut. Penantian, ketulusan, dan kesungguhan adalah penopang dari cinta yang Sei rasakan untuk Ai.
Dan cinta itu memang Shin.
Mereka terus bersama di kemudian hari, menapaki jalan cinta mereka yang terbentuk atas kebersamaan dan impian yang sudah ada sejak dulu. Meneruskan apa yang sudah pernah terasa sejak dulu. Shin akan terus ada dalam hati mereka, seperti halnya cinta..
SEI
Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan–mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku–aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
AI
Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana, aku pun jatuh cinta padanya, tetapi aku memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai.
Persahabatan Ai dengan Sei sudah hampir memiliki segalanya. Tawa, canda, senang bahkan duka sekalipun. Hanya satu yang tidak ada disana. Cinta.
Saat Shin datang, segalanya menjadi lengkap.
Cinta itu Shin.
Shin adalah sesosok cinta yang mereka butuhkan dengan caranya masing-masing. Ai mencintai Shin dalam kesederhanaan dan ketulusannya. Sei mencintai Shin dalam rasa persaudaraan yang kuat. Dan Shin membalas kedua cinta dari sahabatnya tersebut.
Tanpa mereka sadari ada yang patah diantaranya. Sei mendadak sadar, sebenarnya dia mencintai Ai. Demi
cintanya pada Ai, Sei rela mengikuti kemauan Ai dan Sei untuk meneruskan kuliah di kota besar. Mereka berjanji untuk terus bersama, bertiga. Untuk kemudian bersama tinggal dalam sebuah apartemen, bersama mencari pekerjaan untuk bisa hidup, dan bersama mengejar pendidikan yang tidak mudah bagi mereka.
Namun Ai dan Shin lupa, tidak selamanya dunia mereka memiliki celah untuk Sei. Hanya Sei yang sadar akan hal tersebut. Dia memilih untuk menyibukkan dirinya sendiri dengan pekerjaan dan Natsu. Natsu yang halus dan selalu menikmati saat-saat bersama Sei. Natsu yang akhrinya harus sadar bahwa dirinya tidak punya tempat di hati Sei. Natsu yang hanya mampu mengembangkan senyum getir setiap kali melihat sinar di mata Sei untuk Ai.
Karna cinta memang selalu tahu kapan waktunya untuk pergi. Meninggalkan tangis, sedih dan luka yang tidak pernah terpikir sebelumnya. Dan hanya menyisakan sepercik impian yang tidak akan pernah terwujud, raga yang hanya bergerak atas nama rutinitas, jiwa yang masih tertinggal karena belum bisa pergi, bekas airmata yang sudah tidak bisa terhapuskan, kepingan-kepingan ingatan akan kejadian manis, dan bayangan wajahnya di setiap langkah yang terjejak..
Namun cinta tahu benar kapan saatnya untuk datang kembali dan menetap. Akan selalu ada yang terluka karenanya, namun akan selalu ada senyum yang mengimbangi luka tersebut. Penantian, ketulusan, dan kesungguhan adalah penopang dari cinta yang Sei rasakan untuk Ai.
Dan cinta itu memang Shin.
Mereka terus bersama di kemudian hari, menapaki jalan cinta mereka yang terbentuk atas kebersamaan dan impian yang sudah ada sejak dulu. Meneruskan apa yang sudah pernah terasa sejak dulu. Shin akan terus ada dalam hati mereka, seperti halnya cinta..
Penulis: Winna Efendi
Penerbit: GagasMedia
ISBN13: 9789797806866
Format: .pdf
Filesize: 1MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.