"Huh, buku lagi!" kata Tuppence.
Dia mengucapkan kata itu dengan nada yang agak kesal.
“Apa?" kata Tommy.
Tuppence memandang suaminya di seberang ruangan.
"Aku bilang *buku*," katanya.
"Hm Aku mengerti," kata Thomas Beresford.
Di depan Tuppence tergeletak tiga peti besar. Dari masingmasing
peti itu bermacam-macam buku dikeluarkan walaupun
sebagian besar masih ada di dalamnya.
"Luar biasa," kata Tuppence.
"Maksudmu ruangan yang diperlukan?"
"Ya."
“Apa kau akan menaruh semuanya di rak buku?"
"Aku tak tahu apa yang ingin kulakukan," kata Tuppence.
"Itulah anehnya. Kita tak selalu tahu apa yang ingin kita
lakukan. Ah," desahnya sambil menarik napas panjang.
“Hm,” kata suaminya. “Kau kok aneh. Biasa nya kau selalu
tahu dengan baik apa yang ingin kaulakukan."
"Maksudku," kata Tuppence,, "kita ini kan. sudah tua,
sudah—ya—penyakitanlah. Rematik. Lebih-lebih kalau
menegakkan badan. Misalnya meletakkan buku buku, atau
menurunkan sesuatu dari rak. Rasanya sulit tegak lagi."
"Ya, ya," kata Tommy. "Itu memang kekurangan kita. Itu
yang ingin kaukatakan?'
Minggu, 19 November 2017
Agatha Christie - Gerbang Nasib
About JOKO
Soratemplates is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design
Novel
Label:
Agatha Christie,
Novel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.