Senin, 11 September 2017

Perang Narasi Musa vs Firaun


Kata ‘Musa’ dan ‘Firaun’ merupakan di antara kata yang sering muncul dalam kitab suci umat Islam, Al-Quran. Musa merupakan rasul yang diutus oleh Allah kepada Firaun, penguasa paling bengis pada zamannya, bahkan mungkin paling bengis dibanding penguasa setelahnya.

Di antara fragmen penting kehidupan Musa yang dikisahkan Al-Quran adalah perang narasinya dengan Firaun. Musa dan Harun—setelah menerima perintah Allah—mendatangi Firaun di istananya untuk menyerunya agar beriman, dengan narasi bahwa mereka adalah rasul, dengan misi membebaskan Bani Israil dari perbudakan bangsa Qibthi, kaum Firaun.

Menanggapi itu, Firaun justru berkelit dan mengalihkan narasi pada kepribadian Musa sebelumnya, dan mencari-cari serta mengungkit kesalahannya. Yaitu dididik dan dibesarkan di lingkungan istana Firaun dan pernah melakukan kejahatan pembunuhan. Berdasarkan itu, Firaun menuding Musa termasuk orang yang tidak tahu berterima kasih.

Musa pun mengakui jasa Firaun padanya, juga kekhilafannya tanpa sengaja membunuh seorang pemuda Qibthi, dan juga melarikan diri dari Mesir. Namun Musa menegaskan bahwa perbuatan membunuh itu dia lakukan saat masih jahil dan dia melarikan diri karena takut terhadap keselamatannya. Akan tetapi jasa Firaun pada dirinya tidak ada apa-apanya dibanding kebijakan Firaun yang memperbudak Bani Israil.

Firaun segera kembali mengalihkan narasi, dengan menanyakan tentang hakikat dakwah Musa, namun dengan cara yang tidak beradab, ejekan, dan penghinaan, “Siapa Tuhan semesta alam itu?” Musa pun menjawab bahwa Tuhan semesta alam yaitu Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, yang mana Firaun tidak mungkin mampu menguasainya dengan kekuasaannya.

Firaun mengejek dan menertawakan jawaban Musa seraya berkata kepada pada pembesarnya, “Apakah kalian tidak mendengar apa yang dikatakannya?” Musa tidak terusik dengan ejekan dan tertawaan Firaun, bahkan tetap fokus menjawab pertanyaan Firaun dengan berkata, “Dia adalah Tuhanmu dan juga Tuhan nenek moyangmu terdahulu.” Jawaban ini keras menghantam Firaun, dakwaannya dan norma-normanya, karena membantah narasi Firaun bahwa adalah tuhan sebagaimana yang diakuinya di hadapan kaumnya.

DOWNLOAD EBOOK DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Comments

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *