Di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.
Di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.
Tetapi setidaknya, Kawan, di negeri para bedebah, petarung sejati tidak akan pernah berkhianat.
Negeri Para Bedebah menceritakan seorang konsultan bisnis hebat terkenal yang seringkali diundang mengisi seminar bahkan hingga ke luar negeri. Namanya Thomas.
Thomas, suatu malam terganggu dengan kedatangan rekan kerjanya secara tiba-tiba dan mendesak agar Thomas segera ke rumah sakit tempat tantenya sekarang di rawat karena shock ketika polisi mendatangi rumahnya hendak membawa om Liem, pamannya Thomas dan ada kabar bahwa bank Semesta yang dikelola om Liem akan ditutup.
Thomas, dengan ide nekatnya melarikan paman dan Opa nya dengan segala cara, dikejar-kejar polisi, bolak-balik bandara kesana sini mengurusi persoalan itu. Padahal om Liem akan menyerahkan dirinya begitu saja pada polisi. Namun Thomas berjanji akan membereskannya dalam waktu dua hari ke depan.
Selama dua hari itulah banyak tokoh terlibat disini, mulai dari Julia, wartawan yang juga ikut membantu Thomas dalam urusan ini, Rudi, sang polisi yang membebaskan Thomas dengan 'caranya' sendiri saat ia diringkus anak buahnya di rumah besar opa nya, pinggir waduk jatiluhur, karena Rudi adalah sobat sekaligus saingan Thomas di klub petarung nya.
Negeri Para Bedebah menuliskan sebuah kasus nyata di negeri kita, namun dengan cara pandang yang berbeda, dengan perumpamaan-perumpamaan dan tokoh yang baru.
Om Liem dan Opa akhirnya dilarikan ke Kapal pesiar milik opa pribadi yang dirawat oleh Kadek selama beberapa tahun itu, mereka hampir-hampiran ketahuan polisi.
Bahkan Thomas dan Rudi nekat melompat dari pesawat di Bali saat pesawat akan mendarat dalam ketinggian 2 meter.
Thomas dengan cerdik memainkan 'bidak-bidak' caturnya. Ia ingin bank Semesta tetap diselamatkan, namun tentunya harus ada banyak dana untuk menyumpal pihak-pihak lain. Ia memutuskan untuk menghubungi seratus nasabah terbesar dalam bank itu untuk menyerahkan sepertiga tabungannya untuk menyumpal pihak lain itu, daripada bank tutup dan tidak ada yang tersisa. Hal ini diurusi oleh Ram, rekannya yang merupakan salahsatu direktur bank itu.
Tanpa Maggie, staff cekatan Thomas, semuanya mungkin tak akan berjalan lancar. Ia selalu mempersiapkan semuanya dengan matang. Hingga akhirnya ia berhasil dikepung polisi, namun dengan nekat, Thomas dan Rudi melawan enam polisi itu. Habislah mereka semua.
Dan Thomas akhirnya bisa menaklukan bidak keempat, yang ia sebut sebagai 'Putra Mahkota', sebagai salah satu pembesar partai, dan lihat saja nanti mungkin bank itu akan tetap dipertahankan.
Namun tantangan tidak hanya sampai situ saja. Saat kapal pesiar yang dikemudikan Kadek mengarah ke Singapura, untuk menghindari kejaran polisi, Thomas memutuskan terbang kesana. Ia terkejut setelah melihat bahwa di dalamnya ada penghianat yang selama ini ia tak menduganya. Ram, yang selama ini bekerja dengan keluarganya, telah disekolahkan Opa bahkan, namun ia ingin menguasai aset-aset keluarga mereka di hongkong. Maka ia menyandera Thomas dan keluarga.
Kadek dibuang di tengah laut, dan dengan mudahnya Ram melempar Thomas dan Opa ke lautan. Karena kemudi otomatis sudah dijalankan menuju Hongkong, dan ia akan segera menguasai harta-harta itu.
Namun ternyata ia salah, Thomas tidak membuat kemudi itu ke Hongkong, melainkan ke lautan yang tidak terdaftar di navigasi. Dalam dua hari tentu kapal itu terkatung-katung di laut, dan tak ada kapal lain yang bisa menolongnya karena itu laut misterius, sudah tersebar kabar tentang itu sejak dulu.
Thomas, Opa diselamatkan Kadek dengan kapal yang dikemudikannya. Kapal itu punya temannya kadek di dermaga terdekat.
Masih banyak yang harus diselesaikan Thomas di Jakarta. Bank semesta tidak jadi ditutup.
Quotes
“Ketika satu kota dipenuhi orang miskin, kejahatan yang terjadi hanya level rendah, perampokan, mabuk-mabukan, atau tawuran. Kaum proletar seperti ini mudah diatasi, tidak sistematis dan jelas tidak memiliki visi misi, tinggal digertak, beres. Bayangkan ketika kota dipenuhi orang yang terlalu kaya, dan terus rakus menelan sumber daya di sekitarnya. Mereka sistematis, bisa membayar siapa saja untuk menjadi kepanjangan tangan, tidak takut dengan apapun. Sungguh tidak ada yang bisa menghentikan mereka selain sistem itu sendiri yang merusak mereka.”
― Tere Liye, Negeri Para Bedebah
“Dalam sebuah skenario infiltrasi ide jangan pernah peduli dengan latar belakang lawan biacara kalian. Konsep egaliter menemukan tempat sebenar-benarnya. Bahkan termasuk ketika kalian wawancara pekerjaan misalnya. Sekali kalian merasa sebagai "orang yang mencari pekerjaan" sementara mereka yang menyeleksi adalah "orang yang memegang leher masa depan kalian," tidak akan pernah ada dialog yang sejajar, pantas, dan mengesankan.”
― Tere Liye, Negeri Para Bedebah
---
Penasaran kan? Silakan Download Ebooknya DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.