Prolog
“INI benar-benar tidak bisa diterima!”
Wanita itu mondar-mandir di ruangan luas itu dengan kalut. Namun, dalam kondisi seperti
ini pun wanita itu tetap terlihat cantik dan berkelas. Tubuhnya tinggi langsing berbalut
gaun rancangan desainer yang tak bakalan kuingat namanya dipadukan dengan koleksi
perhiasan berlian yang serasi. Dengan kulit putih yang nyaris pucat dan tidak berkerut
sama sekali, dia tampak jauh lebih muda daripada usianya yang kira-kira sudah mencapai
kepala empat.
Rambutnya yang panjang dan hitam terurai hingga ke pinggang, sementara
bagian depannya dijepit sehingga tidak menutupi wajahnya yang cantik. Sepasang mata
dengan bola mata berbeda, hidung kecil dan mancung, serta bibir tipis dan kecil yang
sempurna. Wanita ini memiliki banyak emosi-terkadang dia bersikap lincah, ceria, dan
menyenangkan, terkadang feminin, anggun, dan elegan, namun terkadang bisa juga dingin
dan angkuh-dan semua itu gampang berubah-ubah sesuka hati. Saat dia berada dalam
suasana hatinya yang terbaik, dia akan tampak bagaikan wanita tercantik di dunia. Namun
di saat-saat seperti ini, dia bagaikan api yang menyala-nyala, siap membakar siapa pun
yang berani menentangnya.
“Aku sudah keluar duit banyak untuk kalian berdua!” teriaknya. “Aku menginvestasikan
waktuku bertahun-tahun untuk kalian. Beginikah cara kalian membayarku?”
Ada sengatan rasa sakit saat mendengar ucapan itu.
Investasi? Itukah yang dia lihat dari diriku? Sementara aku sudah mengorbankan banyak
hal dan menyakiti banyak orang yang berharga bagiku, semuanya demi dia.
“Ma…” Aku berusaha menenangkannya, tapi wanita itu mengibaskan tangan.
“Jangan panggil aku Mama kalau kalian tidak berguna begitu!”
Yeah, kalian pasti juga bingung, kenapa aku, si anak miskin berperangai kasar, bisa
memanggil “Mama” pada wanita yang jelas-jelas berasal dari dunia yang bertolak
belakang denganku. Sebenarnya, wanita ini adalah ibu angkatku. Saat aku duduk di
bangku SMP, keluargaku tertimpa musibah. Kakakku hamil di luar nikah, namun setelah
melahirka Nanaknya, dia malah kabur bersama pacar brengsek yang menghamilinya itu
dan meninggalkan bayinya di rumah kami. Ayahku sudah meninggal sejak aku masih
kecil, sementara ibu kandungku sering sakit-sakitan. Biasanya aku bisa membiayai
kehidupan kami sehari-hari hanya dengan bekerja paruh waktu sebagai pengantar koran.
Namun, aku tahu pekerjaan itu tak bakalan cukup untuk membiayai keponakanku yang
masih bayi itu.
Judul : Omen 7 : Target Terakhir
Karya :Lexie Xu
Download : Omen 7: Target Terakhir.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.