” Jadi sudah kau kumpulkan semua uangnya?" Bacah bernama gagak itu bertanya dengan suaranya yang malas. Serupa suaramu saat kau baru bangun tidur, serta mulutmu yang terasa berat dan lemas. Tapi sepenuhnya dia sadar, dia hanya berlagak. Seperti biasa. Aku mengangguk.
”Berapa?”
Aku coba mengingat-ingat jumlahnya. ”Hampir tiga ribu lima ratus tunai, ditambah uang yang dapat kuambil dari ATM. Jumlahnya memang tidak banyak, tapi cukuplah. Untuk sementara ini.”
”Lumayan,” kata bocah laki-laki bernama Gagak itu. ”Untuk sementara ini.”
Aku kembali mengangguk.
”Aku rasa ini bukan uang hadiah Natal dari Santa Klaus.”
”Yah, kau benar,” jawabku.
Gagak menyeringai dan memandang ke sekeliling. ”Kurasa kau mulai dengan merampok laci-lacinya, kan?”
Aku tidak mengatakan sepatah kata pun. Dia tahu uang siapa yang tengah kami bicarakan, sehingga semestinya tidak perlu lagi ada pertanyaan panjang serta berbelit-belit. Dia hanya merepotkan aku saja.
”Tidak masalah,” kata Gagak. ”Kau benar-benar membutuhkan uang ini dan kau boleh mendapatkannya minta, pinjam ataupun mencuri. Itu uang ayahmu, jadi siapa yang peduli, bukan begitu?
Ambil sebanyak-banyaknya, dan kau dapat memanfaatkannya.
Untuk sementara waktu.Tapi apa rencanamu setelah uang itu habis? Uang tidak mirip jamur di hutan tidak bisa tumbuh sendiri. Kau harus makan, harus punya tempat tinggal. Suatu hari nanti kau akan kehabisan uang.”
Judul : Dunia Kafka
Karya : Haruki Murakami
Download : Dunia Kafka.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.