Sinopsis:
Ray Hirano bersiul pelan sambil melihat ke kiri dan ke kanan sebelum berjalan cepat menyeberangi jalan ke arah salah satu bangunan bertingkat empat yang berderet di seberang jalan, di salah satu area permukiman di Riverside Drive. Ray sendiri. Hari yang indah selalu bisa membuat semua orang gembira, bukan? Yah, sebenarnya tidak juga. Tidak semua orang. Ray yakin ada seseorang yang mungkim sama sekali tidak menyadari langit kota New York yang cerah. Dan bahkan mungkin tidak menyadari daun-daun sudah berubah warna menjadi kuning, cokelat, dan merah. Tidak sadar dan tidak peduli. Dan seseorang itu adalah kakak laki-lakinya.
Ray yakin Alex Hirano terlalu sibuk untuk menyadari apa pun yang terjadi di sekelilingnya akhir-akhir ini. Ia baru merampungkan konser pianonya di Eropa, dan minggu depan ia akan memulai konsernya di Amerika Serikat. Dan seperti biasa, kalau Alex sudah sibuk, ia jarang mau menjawab telepon dan jarang mau meluangkan waktunya yang berharga untuk membalas pesan atau semacamnya. Karena itu Ray akhirnya memutuskan pergi menemui Alex secara langsung. Setidaknya untuk memastikan kakaknya masih hidup. Juga untuk memastikan kakaknya tidak membuat langit New York berubah mendung, semendung suasana hatinya. Oh, kedengarannya memang berlebihan, tapi percayalah, Alex mampu membuat orang-orang di sekitarnya menjadi tidak bisa menikmati hari yang indah.
Ray berlari kecil-kecil menaiki anak tangga di depan gedung, masih tetap bersiul pelan. Ia baru hendak menekan bel interkom apartemen di lantai empat ketika pintu depan terbuka dan seorang wanita dan seorang anak perempuan kecil keluar dari gedung. Tangan Ray terulur menahan pintu tetap terbuka sementara pasangan ibu dan anak itu berjalan lewat dan menuruni tangga batu sambil bercakap-cakap. Ray melangkah masuk ke dalam gedung dan pintu depan pun tertutup secara otomatis di belakangnya. Satu menit kemudian ia sudah berdiri di depan pintu bercat putih di lantai empat dan tangannya terangkat menekan bel.
Pintu baru dibuka setelah Ray menekan bel untuk ketiga kalinya. Raut wajah kakaknya yang berdiri di ambang pintu menegaskan dugaan Ray bahwa suasana hati kakaknya memang tidak terlalu ceria.
"Hai." Ray tersenyum lebar dan mengangkat sebelah tangan untuk menyapa.
Alex Hirano menatap adiknya dengan alis berkerut samar. "Kau rupany," gumamnya, lalu melangkah ke samping, membiarkan Ray lewat.
"Ya," sahut Ray ringkas dan berjalan ke ruang duduk yang luas dan rapi. Ray menyadari pemanas sudah dinyalakan. Setidaknya kakaknya tidak terlalu sibuk sampai lupa menyalakan pemanas. Cahaya matahari menembus kaca jendela yang berderet di salah satu sisi ruangan, membuat ruangan itu terasa hangat, terang, dan sangat nyaman. Ruang duduk itu dilengkapi sofa besar yang empuk, dua kursi berlengan, dan meja rendah dari kayu di tengah-tengah ruangan. Lantainya berlapis karpet tebal. Rak yang dipenuhi berbagai jenis buku—kebanyakan buku musik—menutupi salah satu dinding di sana. Ray melirik piano hitam yang berdiri di sisi lain ruangan. Piano itu dalam keadaan terbuka, dan partitur-partitur musik penuh coretan berserakan di sekitarnya, di atas piano, di bangku piano, di meja kecil di samping piano dan juga di lantai di sekeliling piano.
Sunshine Becomes You
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN13: 9789792278132
Format: .pdf
Filesize: 1MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.