Sinopsis:
Dalam Novel ini diceritakan seorang anak bernama Melati penderita buta dan tuli untuk bisa mengenali dunia, dan juga perjuangan seorang Pemuda bernama Karang untuk bisa keluar dari perasaan bersalah setelah kematian 18 anak didiknya dalam kecelakaan kapal.
Melati bocah berusia 6 tahun yang buta dan tuli sejak dia berusia 3 tahun. Selama 3 tahun ini dunia melati gelap. Dia tidak memiliki akses untuk bisa mengenal dunia dan seisinya. Mata, telinga semua tertutup baginya. Melati tidak pernah mendapatkan cara untuk mengenal apa yang ingin dikenalnya. Rasa ingin tahu yang dipendam bertahun tahun itu akhirnya memuncak, menjadikan Melati menjadi frustasi dan sulit dikendalikan. Melati hanya bisa mengucap Baa dan Maa. Orang tuanya berusaha berbagai macam cara untuk bisa mengendalikan Melati. Bahkan tim dokter ahli yang diundang oleh orang tuanya tidak berhasil mengendalikan Melati.
Pak Guru karang, seorang pemuda yang suka mabuk dan sering bermurung diri dikamar rumah ibu gendut yang akhirnya menjadi guru Melati. Karang sebenarnya hampir kehilangan semangat hidupnya setelah 18 anak didiknya tewas dalam kecelakaan perahu. Perasaan bersalahnya hampir setiap hari menghantuinya selama 3 tahun terakhir. Dia bahkan hampir tidak berminat ketika ibunya Melati memintanya untuk membimbing Melati. Tapi demi cintanya terhadap anak-anak Karang akhirnya datang memenuhi permintaan ibunya Melati.
Tidak mudah untuk menemukan metode pengajaran bagi Melati. Bagaimana caranya Melati bisa mendengar apa yang dikatakan Karang ? Bagaimana caranya Melati bisa melihat? Bahkan untuk menangis saja Melati tidak bisa menemukan kosakata yang benar. Dunia Melati benar-benar gelap. Melati tidak mempunyai akses untuk tahu. Tidak mempunyai cara untuk mengenal apa yang ingin dia kenal. Setiap kali ada yang menyentuh tubuh Meklati maka dia akan marah, mengamuk dan meklemparkan apa saja yang tercapai oleh tangannya.
Karang hampir putus asa. Lalu keajaiban datang ketika air mancur membasuh lembut telapak tangan Melati. Melati merasakan aliran air di sela jemarinya. Saat itulah untuk pertama kalinya Karang melihat Melati tertawa. Karang akhirnya mengerti, melalui telapak tangan itulah karang menuliskan kata Air, dan meletakkan telapak tangan Melati kemulutnya dan berkata A-I-R. Melati akhirnya mengerti benda yang menyenangkan itu bernama air. Melalui telapak tangan Melati, air mancur yang mengalir di tangan dan sela-sela jarinya berhasil mencukilnya. Melalui telapak tangan itulah semua panca indera disitu. Akhirnya dunia Melati tidak lagi gelap. Dia bisa mengenali orang tuanya, dia bisa mengenali kursi, sendok, pohon dan sebagainya.
Moga Bunda Disayang Allah
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika
ISBN13: 9789793210797
Format: .pdf
Filesize: 1MB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.