Montreal-Pierre Elliott Trudeau International Airport.
MAGHALI mengembuskan napas menyadari panjangnya nama bandara ini. Bahkan dia tidak tahu bagaimana melafalkannya dengan tepat. “Bonjour, hi!” sapa petugas imigrasi, memadukan sapaan dalam bahasa Prancis dan Inggris. Jika yang disapanya menjawab “hi”, petugas itu tahu, yang disapanya tidak berbahasa Prancis.
“Hi,” jawab Maghali, tersenyum ramah dan penuh percaya diri. Maghali lolos dengan mudah. Tak ada yang mempermasalahkan penampilannya yang berkerudung dan foto di paspornya yang juga berkerudung. Dia hanya ditanya apa keperluannya datang ke Montreal. Maghali menjawab untuk kuliah di La Mode College. Petugas imigrasi itu sempat terlihat heran. Lalu memandangi Maghali hingga dia melongok berusaha melihat keseluruhan penampilan Maghali. Kemudian dia mengangguk.
“Nice taste of fashion,” katanya.
Maghali hanya tersenyum, kemudian mengambil paspornya kembali. Dia bergegas mengambil dua kopernya, meletakkannya di troli. Dia mendorong troli itu ke arah luar. Semua petunjuk arah dalam bahasa Prancis. Untungnya, ada versi bahasa Inggris di bawahnya. Kali ini tak akan ada yang menjemputnya di bandara. Dia hanya diberi alamat rumah yang akan ditinggalinya. Semua sudah diurus Miss Prudence, salah satu dosen di La Mode College Montreal yang selama ini menjadi penghubung Maghali dengan kampus barunya.
Sopir taksi yang dia hentikan mulanya berbicara dalam bahasa Prancis. Walau Maghali bicara dalam bahasa Inggris, laki-laki setengah baya itu tetap saja mengoceh dalam bahasa Prancis. Setelah Maghali mengatakan dia dari Indonesia dan tidak bisa berbahasa Prancis barulah sopir itu mengalah, dan mau bicara dalam bahasa Inggris.
Judul : Love In Monreal
Karya : Arumi E
Download : Love In Monreal.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.