Ketika pertama kali aku menginjakkan kakiku di Yellowstone, hutan pinus di atas hamparan rumput bagai permadani hijau yang terbentang sejauh mata memandang. Bukit karang yang terjal, yang disepuh warna kuning kecokelatan akibat besi yang teroksidasi menyaput batu karang vulkanik, menjulang di kanan-kiri jalan yang kulalui.
Sementara sungai yang bening kebiruan ber kelak-kelok di bawah sana, gemuruh airnya seakan-akan desah permohonan agar dibiarkan lewat di antara kemegahan bukit karang yang menjulang perkasa menantang birunya langit.
Seperti belum cukup memamerkan keindahan panoramanya, Sungai Yellowstone membiarkan airnya meluncur jauh ke bawah, membentuk air terjun yang tercurah begitu mengagumkan, bagai jilatan kilauan putih yang berpendar di antara besutan kuning kecokelatan batu karang Grand Canyon of Yellowstone.
Ketika aku tiba di Mammoth Country yang ter kenal berkat Mammoth Hot Spring-nya, di mana hot spring, fumarol, dan mudpot bertebaran me manjakan mata, cuaca masih demikian cerah, walau dingin mulai mengusik tulang.
Tetapi sebenarnya bukan hawa dingin itu yang mem buat sekujur tubuhku bagai mem beku. Bukan keindahan panorama Yellowstone yang membuat dadaku berdebar. Bukan se ekor bison yang se dang asyik merumput di hala man hotel yang mem buat jantungku ber detak kencang.
Judul : Birunya Skandal
Karya : Mira W
Download : Birunya Skandal.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.