AKU berhenti memercayai cerita-cerita Ayah ketika umurku dua puluh tahun. Maka malam ini, ketika Ayah dengan riang menemani anak-anaku, Zas dan Qon, menceritakan kisah-kisah hebatnya pada masa mudanya, aku hanya bisa menghela napas tidak suka. Ingin sekali menyela, bilang bahwa Zas dan Qon harus segera tidur, besok mereka harus bangun pagi-pagi, serta bertumpuk alasan lainnya, mulai dari yang masuk akal hingga yang dibuat-buat.
Sayangnya, istriku sudah dua kali memberikan kode di balik buku tebal yang sedang dibacanya. Kode itu bilang dengan tegas, biarkan Ayah menikmati sedikit waktu dengan kedua cucu menggemaskannya.
Baca juga: Kumpulan novel pdf karya tere liye
Ayah tertawa, terbatuk sedikit. Zas dan Qon, seperti yang kuduga, bergegas berebut mengambilkan gelas air minum, sama seperti waktu aku dulu masih terbilang anak-anak, yang juga semangat memijat Ayah, mencabuti uban Ayah (yang baru satudua, jadi susah dicari), atau mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, melakukan apa saja yang disuruhnya, harga atas kisah-kisah hebat itu.
”Kalian tahu si Nomor Sepuluh, bukan?”
”Yang mencetak gol tadi malam, Kek?” Mata Zas membulat.
”Qon tahu, Qon tahu,” bungsuku beringsut menyikut kakaknya, ”yang jago melewati tiga bek lawan sekaligus kan, Kek? Zig-zag kiri-kanan, hop mengecoh kiper, dan GOL! Si Nomor Sepuluh!” Qon meniru gaya idolanya selepas menceploskan bola ke gawang lawan
Judul : Ayahku Bukan Pembohong
Karya : Tere Liye
Download : Ayahku Bukan Pembohong.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.