Semasa kecilnya, Hargo hanyalah seorang anak kecil yang suka bermain bersama adi kembarnya. Bermain pasir, air dan menikmati ikan dari jernihnya air. Namun tiba-tiba adi kembarnya hilang. Tersedot arus sungai saat bermain bersamanya. Ia tidak berhasil menolong dan menemukannya. Ia berduka. Menanggung rasa kehilangan.
Ia juga hanya seorang siswa SD yang pendiam, dan tidak berkawan. Kecuali dengan Mei Ling. Seorang anak keturunan Cina yang selalu mengajaknya bermain game niTendo di rumahnya. Mereka saling menyayangi. Saling bercerita dan tertawa bersama. Sesekali saling mengejek dan pura-pura menyakiti. Tetapi Mei diusir dari desa dan keduanya berpisah. Karena itu Hargo bersedih dan selalu merindukannya.
Selain itu, hargo juga anak kecil yang berbeda. Tidak seperti teman-temannya. Ia harus menjalani kehidupan yang membuatnya asing. Dan ganjil. Tidak lagi leluasa pergi ke sungai, bermain layang-layang dan bertemu dengan teman-teman sebayanya. Ia terkurung dalam rumah asing yang tidak ia kenal dan pahami. Sejak kapan ia berada di sana dan mengapa?
Di dalam rumah asing itu. Ia tidah betah. Tidak nyaman dan selalu ingin pulang. Namun di manakah ibunya? Kakaknya? Adi kembarnya? Dan Mei? Mengapa mereka tidak bersamanya? Setiap hari ia dihantui oleh bayangan mereka. Hingga sulit baginya membedakan antara kenyataan dan mimpi?
Akhirnya Hargo tahu, bahwa yang mengasuhnya adalah Eyang Mirah. Seorang kharismatik dan pemurah. Di waktu yang lain ia tahu bahwa yang mengasuhnya adalah Eyang Tejo. Seorang warok yang terkenal sakti dan cemburu saat dia jatuh cinta.
Ia merasa ganjil dan bingung. Ingin diceritakannya perasaan itu, tapi ia enggan. Ia takut eyang marah besar. Dan sesuatu yang mengerikan terjadi. Maka ia menyimpannya. Sebagaimana ia harus menyembunyikan rasa muak dan sakit hatinya karena perlakuan malam-malam magis dan menyakitkan.
Sampai suatu hari, dia bertemu seseorang. Ia seperti telah mengenalnya. Kepadanya ia bercerita dan mencintainya. Namun ia justru menemukan kembali dendamnya. Dendam karena ayahnya mati secara tragis, dendam karena membuat ibunya tidak lagi menyukai film india dan lontong tahu. Dendam Eyang yang terkenal sakti itu telah tiada. Dendam yang membuatnya kembali merasakan derita yang lama dilupakannya.
Itulah cerita yang disajikan dalam novel ini. Selanjutnya novel ini banyak bercerita tentang reog yang kental dengan tradisi nggemblaknya di masa lalu. Tradisi yang bisa saja membuat kita berdebat tak habis-habisnya. Selain itu, dua versi tentang runtuhnya Majapahit juga diceritakan dalam novel ini untukmenghubungkan cerita cinta antara dua bocah yang dibesarkan dalam dendam karena permusuhan dua keluarga yang sama-sama membesarkan tradisi reog di atas.
Selanjutnya, novel Tembang Tolak Bala karya Han Gagas ini menceritakan dengan lugas, dua tradisi besar yang mana kemagisan dan keganjilannya telah membuat seorang bocah terasing. Dengan dirinya, keluarga, dan seseorang yang dicintainya. Serta apa yang sejatinya menjadi kegelisahan seorang bocah yang sepanjang hidupnya mengalami keganjilan-keganjilan yang tak ia pahami. Kendati akhirnya mengantarkannya pada pencerahan dan cinta sejatinya.
Baca selengkapnya »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.