HARI ini, tanggal 22 Desember, aku ingin memberi sebuah kado istimewa untuk Ummi. “Tapi, aku akan memberi apa ya?” pikirku. Satu demi satu ide muncul di benakku. Aha! Bagaimana jika aku menyusun sebuah surat cinta untuk Ummi? Sebuah surat yang akan menjadi ucapan selamatku untuk ibuku tercinta. Surat sederhana, dari seorang Wafa, murid kelas 4 SD, anakmu yang pertama.
Bismillah....mari kita mulai.....
Ummi, Engkaulah yang melahirkanku, mengasuhku, menyusuiku saat diriku masih lemah tak berdaya. Menggendongku saat aku belum mampu berjalan, mentatihku ketika kakiku mulai mau menopang tubuh ini. Dengan sabar Engkau lakukan itu semua, tanpa keluhan yang berarti. Kau menyayangiku dengan tulus, kasih sayangmu memenuhi rongga dadaku hingga aku merasakan dunia ini kosong tanpamu.
Ummi, aku sering bertanya-tanya dalam hati, apakah semua ibu di dunia ini sepertimu? Mengapa aku dengar ada ibu yang membuang anaknya? Membiarkan anaknya hidup sebatang kara? Ada yang mengusir anaknya dari rumah, meninggalkannya untuk mengejar impian-impiannya sendiri.
Aku ingin semua orang merasakan memiliki ibu sepertimu, yang selalu mendukung anak-anaknya. Ummi adalah orang yang setia mendengarkan keluh kesahku sepulang sekolah. Kutemukan Ummi sebagai sahabat terbaikku saat aku dalam kesedihan. Ummi juga yang menyemangatiku untuk mengembangkan bakatku. Mendorongku ikut lomba menulis, baca puisi, menggambar, dan lain-lain. Ummi selalu berpesan agar aku tidak cepat berputus asa. Ikut lomba bukan untuk meraih kemenangan, tapi untuk mensyukuri nikmat Allah atas bakat dan kemampuan.
Aku mengingat Ummi sebagai nyanyian yang indah. Saat Engkau mendendangkan lagu –lagu merdu sebelum tidur, dengan mudah aku terhanyut terlelap di pangkuanmu. Ketika aku sedih, Engkau ceritakan kisah-kisah Iskandar Muda yang memberi semangat pada jiwa. Tatkala aku patah semangat, kau tunjukkan kelebihan-kelebihanku dan memicu untuk berlatih lebih giat.
Aku mengingat Ummi sebagai dokter yang hebat. Jika aku sakit, Ummi mengajakku merenung, dosa dan kesalahan apa yang hendak Allah cuci. Tidak langsung obat, tapi pertahanan tubuhlah yang harus diperkuat. Bukan menyalahkan orang lain, tapi mencari sesuatu yang perlu diperbaiki dalam diri. Katamu, hidup manusia hanya sebentar. Jika Allah sayang, kadang Ia memberi ujian. teguran dan hukuman untuk hamba-hamba yang dikasihinya. Tak apalah kita sakit sehari-dua hari, agar nikmat sehat lebih nyata kita cicipi.
Terkadang Engkau marah dan sedih melihat tingkahku. Jika aku terlambat shalat, atau terlalu banyak menonton TV tak bermanfaat. Aku sedih, Mi, jika melihatmu marah. Aku ingin waktuku saat itu cepat berlalu, sehingga esok aku dapat memperbaiki kesalahanku.
Tahukah kau Ummi, Engkau adalah sumber inspirasiku. Saat kita berlibur ke pantai, Kau tak hanya berkisah tentang lembutnya pasir, kokohnya karang, luasnya lautan. Kau ceritakan tentang semangat para pahlawan yang menghadapi gelora badai, berjuang mempertahankan agama dan kebebasan. Aku ingat saat kita berwisata, tak hanya hura-hura. Kau bawa kami ke benteng Inong Balee, merasakan kerja keras para pahlawan wanita Aceh di sana. Berziarah ke makam Malahayati yang menjadi kepala agen rahasia dan angkatan laut Aceh, pemimpin ratusan kapal perang sebuah kerajaan terkemuka. Saat itu tiba-tiba aku ingin jadi seorang laksamana.
Tidak hanya satu cerita, lain hari kau bawa kami ke benteng Iskandar Muda dan benteng Indra Patra. Sambil bercerita tentang sejarahnya, Kau bakar semangatku untuk terus berkarya. Aku tak ingin kisah-kisah itu cuma jadi penghias buku cerita. Aku ingin orang-orang hebat itu terlahir kembali ke dunia nyata.
Ummi, jika malam tiba, Kau berubah menjadi ahli astronomi andalan. Kau tunjukkan rasi bintang Scorpio, Orion dan rasi layang-layang penanda arah Selatan. ‘Jangan takut kehilangan arah, Nak’, katamu. Lihatlah lukisan Allah di langit utara, tempat rasi biduk membentang, dan bintang Utara bertahta di ujungnya dengan menawan.
Sebagai seorang ibu teladan, aku bangga jika pergi bersamamu. Jika liburan tiba, kita rencanakan untuk pergi wisata sejarah. Kita pergi melihat sejarah Islam Samudera Pasai di Aceh Utara. Bagai membuka lembar-lembar sejarah di sana, terbayang kebanggaan dan kebesaran Islam saat jaya. Katamu, di sana makam orang-orang yang berjasa telah terbujur. Mereka telah pulang ke hadirat Rabb-nya dengan bangga, setelah menyebar dakwah yang akhirnya sampai ke kita. Sungguh besar pahala yang mereka tuai, karena Islam hingga kini telah diimani orang ramai. Bayangkan betapa nikmat alam kuburnya, dihiasi taman-taman bunga surga.
Saat kau bercerita tentang anugrah Allah pada bunga-bunga, pohon-pohon dan dedaunan alam raya, aku ingin terus menerus menikmatinya. Tentang daun kelutuk penawar diare, buah mengkudu untuk sakit gula. Aku teringat saat seorang teman nenek yang tak berpunya mengeluh sakit gula, Ummi menawarkan buah mengkudu menjadi obatnya. Aku terinspirasi untuk jadi seorang pengusaha herbal, agar orang-orang miskin jugaberkesempatan untuk kembali sehat, sama seperti kesempatan yang dimiliki orang hebat.
Aku mengingat Ummi sebagai pencinta lingkungan sejati. Jangan ada sisi kertas yang masih kosong sudah dibuang ke tong.
Menggunakan ulang kertas bekas, agar tidak banyak pohon yang dipangkas. Memisahkan sampah, bukan hanya teori, tapi nyata dilakukan sendiri. Sampah dapur jadi kompos, atau jadi pakan kambing kita. Sampah plastik tentu lebih mudah, sedangkan gelas aqua dan gelas kaca, selalu ada yang meminta.
Aku berusaha jadi anak yang rajin membaca buku-buku yang Engkau beli, kisah anak-anak yang bercita-cita tinggi. Mereka menulis buku-bukunya sendiri. Tidak, aku tidak ingin cuma menikmati. Aku ingin menulis bukuku sendiri. Kau berpesan agar jangan meracuni diri dengan tontonan. Katamu, buku adalah sumber ilmu yang tak habis-habis. Kini aku pun semakin ingin jadi penulis.
Ummi, di hari ibu ini, terimakasih banyak kuucapkan dari hatiku. Ummi adalah orang yang paling berjasa dalam kehidupan keluarga. Membesarkan anak-anakmu. Memasak, mencuci piring, membereskan apa saja dan Ummi juga berjuang untuk kesuksesan anak-anaknya. Terimakasih banyak kuucapkan sekali lagi.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa ummiku tersayang ini ya Allah. Semuanya ya Allah . Aku berdoa agar Ummi menjadi manusia yang dicintai Allah. Semoga Ummi mendapat singgasana di surga nanti. Selamat hari Ibu, Ummi.
I love you. ***
Penulis: Wafa Syahida binti Saifunsyah, murid kelas 4 SD Islam Terpadu Nurul Ishlah, Beurawe, Banda Aceh.
Editor : Bakri
Diambil dari Harian Serambi Indonesia
miss you
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.